Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
Uji kandungan pada Urin
Di susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh
Dosen Ibu Siti Nurkamilah, M. Pd.
Disusun
oleh :
KELOMPOK 3
Elvia
Desmonda (15542022)
Ai Nur Rela
Rismayani (15542002)
Neti
Haryati (15542004)
Dina Nur
Agnia (15541003)
Erma
Juwita (15542005)
Abdul
Rouf (15542024)
Kelas :
3-A
Pendidikan
Biologi
Institut Pendidkan Indonesia (IPI)
Garut
2018
A. Judul Praktikum
“Uji Kandungan dalam Urin”
B. Hari/Tanggal Praktikum
Selasa, 15 Januari 2018
C. Tujuan
Untuk
mengetahui karakteristik urin, kandungan klorida, kandungan protein, kandungan
glukosa dan kandungan amonia.
D.
Dasar Teori
a. Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang
mengandung jutaan alat penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan
malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus proksimal, bagian tebal dan
bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang
dikelilingi kapsul Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus
dinamakan lapisan viseral, lembaran luar membentuk batas luar tebal malpighi
disebut lapissan parietal kapsula Bowmann yang dilapisi sel epitel pipih.
Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan
malpighi mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen
keluar meninggalkan glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis
dimulai. Lapisan parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu
sampai di kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel kubus. Lapisan viseral
mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan internal
dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa tonjolan primer.
Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang menutupi kapiler
glomerulus.
Tonjolan sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang
membentuk celah filtrasi. Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang
merupakan lapisan basalis. Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu
yang memisahkan darah kapiler dari ruang kapsular. Di samping se endotel dan
podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel mesangial ini bersifat
kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga
mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam
produksi penyakit glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan
membersihkan lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun dalam matrik
selama filtrasi.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat) yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat) yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung
henle yang mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir
dalam segmen tebal pars asenden yang sel-selnya berbentuk kuboid yang banyak
mengandung mitokondria. Pars asenden tebal lengkung henle mencapai glomerulus
dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen, dimana dinding
arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik
ini epitel tubulus dimodifikasi membentuk makula densa.
Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel lapis bergrandula bersama-sama
dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus. Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya
lebih rendah daripada tubulus proksimal, mempunyai mikrovili sedikit.
Tubulus distal bersatu membentuk tubulus
koligen yang berjalan melewati korteks dan medula renalis yang akan bermuara di
pelvis renalis pada apeks piramid medula.
a. Proses pembentukan urin
a) Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan
glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel
pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang
berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul
Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi
terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan
onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus,
tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang
tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian
menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang
kapsul Bowman.
b) Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi
terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus
kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus
ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu.
Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+,
Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus
Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67%
ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif.
Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah
berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di
sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif
ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus
distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH
(hormon antidiuretik).
Di
samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+,
NH4+, urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang
memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi
warna dan bau pada urin.
c) Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea
sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke
pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong
kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa
spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat,
secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan
berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat
yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita
dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Volume urine yang dikeluarkan antara lain tergantung pada hal-hal
berikut:
·
Jumlah air yang diminum.
·
Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah
agar tekanan osmosis tetap.
·
Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone =
ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di bagian belakang otak.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning
jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau
khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5
urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan
menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 –
1,035.
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut
dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan
kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam
seseorang.
1. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin
seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
2. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan
oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan
gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di
system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau
pembengkakkan kelenjar prostat.
3. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
4. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks
yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Pada umumnya, urine normal berwarna bening. Akan tetapi warna urine dapat
juga berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan warnaurine.
Faktor yang terpenting adalah kadar air dalam tubuh kita. Bila warna
urine berubah menjadi kuning muda ataupun kuning tua itu artinya tubuh
kita sudah mulaikurang cairan, mungkin asupan yang kurangan atau aktivitas yang
banyak karenacairan tubuh kita paling banyak dikeluarkan melalui urine dan
keringat.
Untuk mencegah supaya warna urine tidak kuning adalah dengan meminumair
putih minimal 8 gelas sehari, ukuran itu disesuaikan dengan aktivitas kita
sehari-hari. Jika memang aktivitas kita ekstra maka kebutuhan cairan kita juga
ekstrasehingga kita harus meminum air lebih dari biasanya. Perubahan warna
urine bisadijadikan paramater bahwa tubuh kita perlu asupan air. Berikut adalah
tingkatanwarna urine beserta penjelasannya.
a. Sifat-sifat urine
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada
masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir
nitrogen dan kopi, teh, alkohol mempunyai efek diuresis.
2. Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila
masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan
dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam.
Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan kehilangan CO2 di
udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah banyak muntah.
4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya
urokrom, sedikit urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna
kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin
menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna
seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapakan garam-garam
asam urat dengan warna dadu.
5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang
dimakan.
A. Alat dan Bahan
·
Alat Yang Digunakan
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
|
Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan
jumlah kecil
|
2.
|
Gelas Beaker
|
Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker
glass memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk
mengukkur volume suatu cairan.
|
3.
|
Tabung reaksi
:Untuk menyimpan cairan atau
larutan
Rak tabung reaksi : untuk menyimpan tabung reaksi
|
|
|
Untuk memanaskan dan
mensterilkan
|
|
|
Untuk menjepit tabung reaksi
ketika dipanaskan
|
·
Bahan yang digunakan
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
|
Sebagai sampel
|
2.
|
Larutan benedict
|
Untuk menguji gula pereduksi
|
3.
|
Larutan AgNO3 10%
|
Untuk uji
kandungan klorida
|
F. Cara Kerja
1.
Uji glukosa
a.
Mendidikan 3ml
larutan benedict dalam tabung reaksi
b.
Menambahkan 8 tetes
urine ke dalam larutan tadi dan memanaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan
dingin
c.
Mengamati adanya
perubahan (endapan) yang terjadi.
2.
Uji Chlorida
a.
Memasukkan 5ml urin
ke dalam tabung reaksi kemudian mentetesi dengan larutan AgNO3 10% 1-2 tetes
b.
Kemudian memanaskan
sampai mendidih
c.
Setelah memanaskan
diamkan beberapa menit dan mengamati perubahan yang terjadi, endapan putih
menunjukan adanya chloride radikal.
3.
Uji Amonia
a.
Memasukkan 1ml
urine ke dalam tabung reaksi
b.
Menjempit dengan
penjempit tabung reaksi
c.
Memanaskan sampai
mendidih dengan lampu spirtus
d.
Kemudian mengamati
baunya.
G. Hasil pengamatan
No
|
Uji
Urine
|
Perubahan
Warna
|
Keadaan
larutan
|
Keterangan
|
||
Sebelum
|
Sesudah
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|||
1
|
Uji
Glukosa
|
Kuning
|
Biru
|
Tidak
terjadi endapan
|
Tidak
ada endapan, berbau Pesing
|
Mengandung
ammonia
|
2
|
Uji
Klorida
|
Kuning
|
Putih
|
Tidak
terjadi endapan
|
Terjadi
endapan putih tipis
|
Normal/mengandung
klorida dalam jumlah yang normal
|
4
|
Uji
Amonia
|
Kuning
|
Agak
bening
|
Tidak
terjadi endapan
|
Tidak
terjadi endapan
|
Normal/Tidak
mengandung glukosa
|
H.
Pembahasan
Urine
adalah salah satu hasil dari sistem ekskresi
pada manusia. Urine dihasilkan
oleh ginjal melalui penyaringan darah. Urine harus dikeluarkan dari tubuh. Jika
tidak, maka urine itu akan meracuni tubuh. Sama halnya dengan sampah yang harus
dibuang atau feses yang harus dibuang. Urine adalah zat-zat buangan atau zat
dengan konsentrasi yang berlebih. berikut adalah zat yang terkandung dalam urin
adalah
1.
Air.
Kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu
tinggi.
2.
Empedu.
Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di hati dan memberi warna
kekuningan pada urine.
3.
Garam. Garam
dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam di darah supaya tidak berlebih.
4.
Urea (9,3
g/L). Merupakan
hasil dari perombakan protein.
5.
Asam urat.
Merupakan hasil dari perombakan protein.
6.
Amonia.
Merupakan hasil dari perombakan protein. Amonia memberi bau pada urine.
7.
Obat-obatan.
Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi racun dalam tubuh. Itulah sebab
mengapa sehabis minum obat urine kita menjadi berbau seperti obat.
8.
Asam klorida (1,87
g/L)
9.
Sodium (1,17
g/L)
10. Potasium (0,75
g/L)
11. Gula. Gula
ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak akan ditemukan pada urine
orang yang sehat.
12. Nitrogen
13. Fosfor
14. Kreatinin (0,67
g/L)
15. Asam sulfat
Pada
praktikum kali ini hanya beberapa
jenis kandungan dalam urin saja yang akan di uji, yaitu uji glukosa, uji
klorida dan uji amonia.
Sifat fisik urine yang diamati yaitu kuning
pucat, berbau pesing dan tidak terdapat endapan. Ini menunjukkan bahwa urine
tersebut secara fisik normal.
Dalam uji kandungan glukosa dalam urin, hal pertama yang dilakukan adalah
menambahkan 3 mL larutan benedict dan memanaskan hingga mendidih. Larutan Benedict mengandung sodium
sitrat, natrium karbonat anhidrat, dan tembaga sulfit.7H2O, dan semua garam tersebut dilarutkan
dalam air Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel.
Larutan Benedict akan menguji keberadaan
gugus aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa. kemudian memasukan 8
tetes sampel urin dan memanaskannya kembali. warna mula-mula pada urin yaitu
kuning dan setelah di panaskan warna urin berubah menjadi biru dan tidak terjadi
endapan dalam urine tersebut seperti pada gambar
Sampel yang telah diberi larutan benedict dibandingkan dengan macam-macam sampel pada
uji benedict dengan berbagai macam warna yang menunjukan kandungan glukosa yang
berbeda.
Sampel urin yang di uji menunjukan warna biru dan tidak ada endapan Jadi dapat
diketahui bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa .
Warna biru yang dihasilkan berasal dari reaksi glukosa dengan larutan
biuret , dapat digambar seperti dibawah ini.
Uji yang kedua adalah uji kandungan klorida . 5 mL
sampel urin dimasukan ke dalam tabung
reaksi kemudian di tetesi dengan larutan AgNO3 10% 1-2 tetes. Kemudian
memanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih sampel di diamkan beberapa menit dan mengamati
perubahan yang terjadi. hasil yang diperoleh yaitu bahwa warna urin
berubah dari berwarna kuning menjadi kuning pucat dan sedikit keruh .
Perubahan warna tersebut disebabkan karena
urin tersebut mengandung garam. Adanya kandungan klorida dalam
urin berasal dari garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
misalnya NaCl yang kemudian dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion.
Klorida akan selalu ada di dalam urin seseorang, hal ini karena pada
filtrasi molekul-molekul kecil
seperti glukosa dan garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif.
Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine
dalam bentuk ion Cl . Dan terjadi endapan putih tipis, endapan itu
adalah endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi:
AgNO3 + Cl- → AgCl +
NO3-
Uji yang ketiga Menguji kandungan amoniak dalam urin. Yaitu dengan
memanaskan terlebih dahulu sampai mendidih kemudian diketahui warna urin
menjadi sedikit bening dan berbau. Bau pesing tersebut bias timbul karena
billirubin dan billiverdin di dalam urin bekerja.
Amonia merupakan hasil penguraian urea dalam urin Amonia terdapat di
dalam urin karena berasal dari deaminasi asam amino yang terjadi terutama
di dalam hati, tetapi di dalam ginjal juga terjadi pula proses deaminasi amonia
(NH3) dapat juga berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya bagi sel. Oleh
karena itu ammonia harus dikeluarkan dari tubuh namun sebelum dikeluarkan harus
dirombak dahulu menjadi urea.
Uji klorida dan amonia dapat dilihat pada gambar :
Dari ketiga uji ini sampel urin tidak mengandung glukosa berlebihan,
mengandung klorida dan mengandung ammonia. Dari uji urin ini dapat diketahui
kandungan zat yang ada di dalam urin, test narkoba, tes kehamilan dan dapat
juga diketahui kelainan-kelainan lain pada selain dapat mengetahui apa saja
juga dapat digunakan untuk beberapa
kelainan dalam tubuh seperti Beberapa kelainan seperti :
a. Nefritis
b. Batu ginjal
c. Albuminuria
d. Glikosurialikosuria
e. Hematuria
f. Ketosis
g. Diabetes Militus
h. Diabetes Insipidus
I.
Kesimpulan
-
Pada sampel urin yang
diambil dari praktikan mengandung klorida dan amonia namun tidak mengandung
protein dan glukosa, itu menandakan bahwa urin tersebut sehat atau normal .
-
Klorida dan amonia
merupakan zat yang baik jika terkandung dalam urin karena mengindikasikan
adanya ion-ion yang terkandung dalam tubuh serta adanya pembuangan zat
berbahaya dalam tubuh
-
Glukosa yang positif tidak
terdapat pada urin praktikan, karena zat tersebut dibutuhkan dalam tubuh dan
tidak seharusnya ada pada urin.
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar