Senin, 22 Januari 2018

URIN

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
Uji kandungan pada Urin
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Ibu Siti Nurkamilah, M. Pd.
Disusun oleh :
 KELOMPOK 3
Elvia Desmonda                      (15542022)
Ai Nur Rela Rismayani           (15542002)
Neti Haryati                            (15542004)
Dina Nur Agnia                      (15541003)
Erma Juwita                            (15542005)
Abdul Rouf                             (15542024)
                                                                        Kelas : 3-A
                  Pendidikan Biologi
    

        Institut Pendidkan Indonesia (IPI)
      Garut
      2018


A.    Judul Praktikum
Uji Kandungan dalam Urin”

B.     Hari/Tanggal Praktikum
Selasa, 15 Januari 2018

C.    Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik urin, kandungan klorida, kandungan protein, kandungan glukosa dan kandungan amonia.

D.    Dasar Teori
a.       Struktur Ginjal
Ginjal terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (korteks) yang mengandung jutaan alat penyaring (nefron). Setiap nefron terdiri atas badan malpighi (renal cospuscle), tubulus kontortus proksimal, bagian tebal dan bagian tipis lengkung henle, tubulus kontortus distal.
Badan malpighi terdiri atas berkas kapiler yang disebut glumerulus yang dikelilingi kapsul Bowman. Lembaran dalam yang menutupi kapiler glomerulus dinamakan lapisan viseral, lembaran luar membentuk batas luar tebal malpighi disebut lapissan parietal kapsula Bowmann yang dilapisi sel epitel pipih. Antara dua lapisan terdapat ruang kapsula yang menerima filtrat. Setiap badan malpighi mempunyai kutub vaskuler tempat arteri aferen masuk dan arteri eferen keluar meninggalkan glomerulus, dan kutub urinarius, tempat tubulus proksimalis dimulai. Lapisan parietal yang berdinding selapis sel epitel pipih begitu sampai di kutub urinaria epitel berubah menjadi epitel kubus. Lapisan viseral mengalami modivikasi selama perkembangan embrional. Sel-sel lapisan internal dinamakan podosid, mempunyai badan sel dimana muncul beberapa tonjolan primer. Setiap tonjolan primer mempunyai banyak tonjolan sekunder yang menutupi kapiler glomerulus.
Tonjolan sekunder ini saling bertautan, membatasi ruang yang membentuk celah filtrasi. Antara sel-sel endotel kapiler dan podosid yang berlubang-lubang merupakan lapisan basalis. Membran ini merupakan struktur struktur kontinyu yang memisahkan darah kapiler dari ruang kapsular. Di samping se endotel dan podosid, kapiler glomerulus mempunyai sel mesangial. Sel mesangial ini bersifat kontraktil dan memainkan peranan dalam regulasi filtrasi glumerulus, juga mensekresi berbagai senyawa, mengambil kompleks imun dan terlibat dalam produksi penyakit glomerulus, juga bekerja sebagai makrofag dan berperan membersihkan lamina basalis dari zat-zat tertentu yang tertimbun dalam matrik selama filtrasi.
            Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya + 15mm, dengan diameter 55µm. Dindingnya dibentuk oleh selapis sel tunggal kuboid yang saling menjalin satu dengan yang lain dan disatukan oleh tautan kedap apikal. Pada apeks sel yang menghadap ke lumen tubulus terdapat banyak mikrovili yang panjangnya 1µm , bentukan ini dinamakan brush border (batas sikat) yang berfungsi membantu absorpsi zat-zat (peptida, glukosa) yang keluar dari darah selama filtrasi.
Tubulus proksimal berakhir dengan segmen tipis pars desenden lengkung henle yang mempunyai epitel sel pipih yang tipis. Segmen tipis ini berakhir dalam segmen tebal pars asenden yang sel-selnya berbentuk kuboid yang banyak mengandung mitokondria. Pars asenden tebal lengkung henle mencapai glomerulus dan tubulus berdekatan dengan arteriol aferen dan eferen, dimana dinding arteriol aferen mengandung sel jukstaglomerulus (penskresi renin). Pada titik ini epitel tubulus dimodifikasi membentuk makula densa.
Sel jukstaglomerulus, makula densa dan sel lapis bergrandula bersama-sama dikenal sebagai aparatus jukstaglomerulus. Tubulus kontortus distal, epitel kuboidnya lebih rendah daripada tubulus proksimal, mempunyai mikrovili sedikit.
Tubulus distal bersatu membentuk tubulus koligen yang berjalan melewati korteks dan medula renalis yang akan bermuara di pelvis renalis pada apeks piramid medula.

a.       Proses pembentukan urin
a)      Filtrasi (penyaringan)
Proses filtrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding luar kapsul Bowman tersusun dari satu lapis sel epitel pipih. Antara dinding luar dan dinding dalam terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus (prodosit).
Proses filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan darah) dan tekanan onkotik (tekanan osmotik plasma), dimulai ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul Bowman.
b)      Reabsorpsi (penyerapan)
Proses reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, dan sebagian tubulus kontortus distal.reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitel di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HbO42-, dan sebagian urea.
            
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3- dan H2O terjadi di tubulus kontortus distal.Proses reabsorpsi dimulai ketika urin primer (bersifat hipotonis dibanding plasma darah) masuk ke tubulus
Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+, selain itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada lengkung henle terjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan di sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi reabsopsi Na+ dan air di bawah kontrol ADH (hormon antidiuretik).
 Di samping reabsorpsi, di tubulus ini juga terjadi sekresi H+, NH4+,  urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin skunder yang memiliki kandungan air, garam, urea dan pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
c)      Augmentasi (pengumpulan)
Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat penimpanan sementara urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Volume urine yang dikeluarkan antara lain tergantung pada hal-hal berikut:
·         Jumlah air yang diminum.
·         Jumlah garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan osmosis tetap.
·         Hormon antidiuretik (Anti Diuretic Hormone = ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis di bagian belakang otak.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
1.      Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
2.      Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
3.      Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
4.      Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
Pada umumnya, urine normal berwarna bening. Akan tetapi warna urine dapat juga berubah-ubah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan warnaurine. Faktor yang terpenting adalah kadar air dalam tubuh kita. Bila warna urine berubah menjadi kuning muda ataupun kuning tua itu artinya tubuh kita sudah mulaikurang cairan, mungkin asupan yang kurangan atau aktivitas yang banyak karenacairan tubuh kita paling banyak dikeluarkan melalui urine dan keringat.
Untuk mencegah supaya warna urine tidak kuning adalah dengan meminumair putih minimal 8 gelas sehari, ukuran itu disesuaikan dengan aktivitas kita sehari-hari. Jika memang aktivitas kita ekstra maka kebutuhan cairan kita juga ekstrasehingga kita harus meminum air lebih dari biasanya. Perubahan warna urine bisadijadikan paramater bahwa tubuh kita perlu asupan air. Berikut adalah tingkatanwarna urine beserta penjelasannya.

a.        Sifat-sifat urine
Urine memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/hari, ini tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol mempunyai efek diuresis.
2.      Berat jenis berkisar antara 1,003 – 1,030.
3.      Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (bekisar 4,7-8). Bila masukan protein tinggi, urin menjadi asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkaliosis seperti setelah banyak muntah.
4.      Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit urolobin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapakan garam-garam asam urat dengan warna dadu.
5.   Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.
A.    Alat dan Bahan
·         Alat  Yang Digunakan
No
Alat
Fungsi
1.
Pipet tetes
Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil

2.
Gelas Beaker

Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan. Beaker glass memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukkur volume suatu cairan.
3.
Tabung reaksi dan rak tabung reaksi

Tabung reaksi :Untuk menyimpan cairan atau larutan
Rak tabung reaksi : untuk menyimpan tabung reaksi

Pembakar spirtus dan Bunsen

Untuk memanaskan dan mensterilkan

Penjepit kayu
Untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan

·         Bahan yang digunakan
No
Bahan
Fungsi
1.
Urine

Sebagai sampel
2.
Larutan benedict

Untuk menguji gula pereduksi
3.
Larutan AgNO3 10%
Untuk uji kandungan klorida

F.    Cara Kerja
1.      Uji glukosa
a.       Mendidikan 3ml larutan benedict dalam tabung reaksi
b.      Menambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan tadi dan memanaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan dingin
c.       Mengamati adanya perubahan (endapan) yang terjadi.
2.      Uji Chlorida
a.       Memasukkan 5ml urin ke dalam tabung reaksi kemudian mentetesi dengan larutan AgNO3 10% 1-2 tetes
b.      Kemudian memanaskan sampai mendidih
c.       Setelah memanaskan diamkan beberapa menit dan mengamati perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukan adanya chloride radikal.
3.      Uji Amonia
a.       Memasukkan 1ml urine ke dalam tabung reaksi
b.      Menjempit dengan penjempit tabung reaksi
c.       Memanaskan sampai mendidih dengan lampu spirtus
d.      Kemudian mengamati baunya.

G.     Hasil pengamatan
No
Uji Urine
Perubahan Warna
Keadaan larutan
Keterangan
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
1
Uji Glukosa
Kuning
Biru
Tidak terjadi endapan
Tidak ada endapan, berbau Pesing
Mengandung ammonia
2
Uji Klorida
Kuning
Putih
Tidak terjadi endapan
Terjadi endapan putih tipis
Normal/mengandung klorida dalam jumlah yang normal
4
Uji Amonia
Kuning
Agak bening
Tidak terjadi endapan
Tidak terjadi endapan
Normal/Tidak mengandung glukosa
  

H.    Pembahasan
Urine adalah salah satu hasil dari sistem ekskresi pada manusia. Urine dihasilkan oleh ginjal melalui penyaringan darah. Urine harus dikeluarkan dari tubuh. Jika tidak, maka urine itu akan meracuni tubuh. Sama halnya dengan sampah yang harus dibuang atau feses yang harus dibuang. Urine adalah zat-zat buangan atau zat dengan konsentrasi yang berlebih. berikut adalah zat yang terkandung dalam urin adalah
1.      Air. Kandungan air dalam darah dikeluarkan dari tubuh jika konsentrasinya terlalu tinggi.
2.      Empedu. Berasal dari hasil perombakan sel darah merah di hati dan memberi warna kekuningan pada urine.
3.      Garam. Garam dikeluarkan untuk menjaga konsentrasi garam di darah supaya tidak berlebih.
4.      Urea (9,3 g/L)Merupakan hasil dari perombakan protein.
5.      Asam urat. Merupakan hasil dari perombakan protein.
6.      Amonia. Merupakan hasil dari perombakan protein. Amonia memberi bau pada urine.
7.      Obat-obatan. Obat-obatan dibuang supaya tidak menjadi racun dalam tubuh. Itulah sebab mengapa sehabis minum obat urine kita menjadi berbau seperti obat.
8.      Asam klorida (1,87 g/L)
9.      Sodium (1,17 g/L)
10.  Potasium (0,75 g/L)
11.  Gula. Gula ditemukan pada urine penderita diabetes dan tidak akan ditemukan pada urine orang yang sehat.
12.  Nitrogen
13.  Fosfor
14.  Kreatinin (0,67 g/L)
15.  Asam sulfat
Pada praktikum kali ini hanya beberapa jenis kandungan dalam urin saja yang akan di uji, yaitu uji glukosa, uji klorida dan uji amonia.
Sifat fisik urine yang diamati yaitu kuning pucat, berbau pesing dan tidak terdapat endapan. Ini menunjukkan bahwa urine tersebut secara fisik normal.
Dalam uji kandungan glukosa dalam urin, hal pertama yang dilakukan adalah menambahkan 3 mL larutan benedict dan memanaskan hingga mendidih. Larutan Benedict mengandung sodium sitratnatrium karbonat anhidrat, dan tembaga sulfit.7H2O, dan semua garam tersebut dilarutkan dalam air  Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel.
Larutan Benedict akan menguji keberadaan gugus aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa. kemudian memasukan 8 tetes sampel urin dan memanaskannya kembali. warna mula-mula pada urin yaitu kuning dan setelah di panaskan warna urin berubah menjadi biru dan tidak terjadi endapan dalam urine tersebut seperti pada gambar

Sampel yang telah diberi larutan benedict  dibandingkan dengan macam-macam sampel pada uji benedict dengan berbagai macam warna yang menunjukan kandungan glukosa yang berbeda.

Sampel urin yang di uji menunjukan warna biru dan tidak ada endapan Jadi dapat diketahui bahwa urin tersebut tidak mengandung glukosa .
Warna biru yang dihasilkan berasal dari reaksi glukosa dengan larutan biuret , dapat digambar seperti dibawah ini.

Uji yang kedua adalah uji kandungan klorida . 5 mL sampel  urin dimasukan ke dalam tabung reaksi kemudian di tetesi dengan larutan AgNO3 10% 1-2 tetes. Kemudian memanaskan sampai mendidih. Setelah mendidih sampel  di diamkan beberapa menit dan mengamati perubahan yang terjadi. hasil yang diperoleh yaitu bahwa warna urin berubah dari berwarna kuning menjadi kuning pucat dan sedikit keruh .
Perubahan warna tersebut disebabkan karena urin tersebut mengandung garam. Adanya kandungan klorida dalam urin berasal dari garam-garam yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan misalnya NaCl yang kemudian dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion-ion. Klorida akan selalu ada di dalam urin seseorang, hal ini karena pada filtrasi molekul-molekul  kecil seperti glukosa dan garam mineral direabsorpsi melalui transport aktif. Kelebihan NaCl yang dihasilkan dari proses augmentasi dikeluarkan lewat urine dalam bentuk ion Cl . Dan terjadi endapan putih tipis, endapan itu adalah endapan AgCl yang terbentuk dari reaksi:
AgNO3 + Cl- → AgCl + NO3-

 Uji yang ketiga Menguji kandungan amoniak dalam urin. Yaitu dengan memanaskan terlebih dahulu sampai mendidih kemudian diketahui warna urin menjadi sedikit bening dan berbau. Bau pesing tersebut bias timbul karena billirubin dan billiverdin di dalam urin  bekerja. 
Amonia merupakan hasil penguraian urea dalam urin Amonia terdapat di dalam urin karena berasal dari deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati, tetapi di dalam ginjal juga terjadi pula proses deaminasi amonia (NH3) dapat juga berasal dari pembongkaran protein dan berbahaya bagi sel. Oleh karena itu ammonia harus dikeluarkan dari tubuh namun sebelum dikeluarkan harus dirombak dahulu menjadi urea.
Uji klorida dan amonia dapat dilihat pada gambar :


Dari ketiga uji ini sampel urin tidak mengandung glukosa berlebihan, mengandung klorida dan mengandung ammonia. Dari uji urin ini dapat diketahui kandungan zat yang ada di dalam urin, test narkoba, tes kehamilan dan dapat juga diketahui kelainan-kelainan lain pada selain dapat mengetahui apa saja juga dapat digunakan untuk  beberapa kelainan dalam tubuh seperti Beberapa kelainan seperti :

a.       Nefritis
b.      Batu ginjal
c.       Albuminuria
d.      Glikosurialikosuria
e.       Hematuria
f.       Ketosis
g.      Diabetes Militus
h.       Diabetes Insipidus
I.    Kesimpulan
-          Pada sampel urin yang diambil dari praktikan mengandung klorida dan amonia namun tidak mengandung protein dan glukosa, itu menandakan bahwa urin tersebut sehat atau normal .
-          Klorida dan amonia merupakan zat yang baik jika terkandung dalam urin karena mengindikasikan adanya ion-ion yang terkandung dalam tubuh serta adanya pembuangan zat berbahaya dalam tubuh
-          Glukosa yang positif tidak terdapat pada urin praktikan, karena zat tersebut dibutuhkan dalam tubuh dan tidak seharusnya ada pada urin.




Daftar pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar