Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
Sistem Saraf, Sistem Otot pada Katak dan
Refleks pada
Tendon manusia
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum
Fisiologi Hewan yang diampu oleh Dosen Ibu Siti Nurkamilah, M. Pd.
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
Elvia Desmonda (15542022)
Ai Nur Rela Rismayani (15542002)
Neti Haryati
(15542004)
Dina Nur Agnia (15541003)
Erma Juwita (15542005)
Abdul Rouf (15542024)
Kelas : 3-A
Pendidikan Biologi
Institus Pendidikan Indonesia (IPI)
Garut 2018
A.
Judul
Praktikum
“Sistem saraf dan sistem otot pada
katak (Fejervarya cancrivora) serta Refleks tendon pada manusia”
B.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Waktu : Senin , 15 Januari 2018
Tempat : Laboratorium Fisiologi
Hewan UPI Bandung
C.
Tujuan
·
Sistem saraf : Mempelajari
refleks normal dan refleks spinal pada katak (Fejervarya cancrivora)
·
Sistem otot : - Mempelajari
respon otot terhadap beragai macam rangsangan
-
Mengukur kecepatan kontraksi
tunggal otot rangka
-
Mempelajari periode-periode
kontraksi otot yang mengalami kelelahan
·
Refleks tendon : Mempelajari
refleks tendon pada patella manusia
D.
Dasar
Teori
a. Sistem
Saraf
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi
yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
·
Reseptor, adalah alat penerima
rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah
organ indera.
·
Penghantar impuls, dilakukan oleh
saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada
serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf
disebut neuron.
·
Efektor, adalah bagian yang
menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor
yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar
b.
Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel
saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk
mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel,
dendrit, dan akson.
a) Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian
yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan
dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
b) Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf
pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel.
Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c) Akson
Akson disebut neurit. Neurit
adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan perjuluran sitoplasma badan
sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.
Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung
zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Ada tiga macam sel saraf yang
dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:
1)
Sel saraf sensorik, adalah sel
saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.
2)
Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang
berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar.
Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang
belakang.
3)
Sel saraf penghubung, adalah sel
saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel
saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf
yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.
Saraf yang satu dengan saraf
lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis.
Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti
benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach)
dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer
impuls pada sinapsis.
c.
Susunan Sistem Saraf
Di dalam tubuh kita terdapat
miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Sistem saraf manusia
tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi
terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
Tiap bagian susunan
saraf puasat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang (fasilitasi)
atau menghambat (inhibisi) bagian-bagian tertentu dari otak dan selanjtnya
mengamati reaksi-reaksi yang timbul, dapat diambil kesimpulan yang tepat
mengenai fungsi bagian-bagian tersebut. Apabila suatu bagian tumbuh dirangsang,
maka bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsangan tersebut, tetapi
dapat juga bagian-bagian tubuhn yang lain. Hal ini terjadi bila suatu reseptor
dirangsang cukup kuat, maka rangsanngan tersebut diteruskan melalui saraf aferen berpusat.
Dipusat ransangan
tersebut diteruskan melaluii beberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf
eferen dan lebih dari satu efektor. Jadi
apabila saraf eferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak
bereaksi
Unit dasar aktivitas
integrative saraf adalah busur reflex. Busut ini terdiri dari organ sensorik,
reseptor neuron aferen, satu sinap lebih pada integrasi sentral, neuron aferen
dan efektor. Pada mamalia dan manusia , hubungan neuron aferen dan eferen saraf
somatic adalah dalam otak atau medulla spinalis.
Neuron aferen masuk
melalui radiks dorsal atau saraf-saraf kranial dan badan selnya terletak pada
ganglion radiks dorsal atau ganglion yang sejenis dari saraf kranial. Serabut
eferen meninggalkan rangsang melalui radiks ventral atau saraf motoric kranial
yang sejenis. Didapatkan dua macam refleks, yaitu :
·
Reflex monosinaps :
dimana hanya terdapat satu sinaps antara serabut aferen dan eferen (contoh :
reflex pada bagian pantella atau reflex Achilles)
·
Reflex polisinaps yang
mempunyai busur reflex dengan lebih dari satu interneuron diantara neuron
(contoh : reflex pada kornea mata)
Aktivitas refleks baik ynag monosinaps
dan polisinaps adalah streotipe dan spesifik menurut perangsangan dan
responnya, dimana rangsangan tertentu akan menimbulkan jawaban tertentu.
a. Sistem
otot
Otot disebut alat gerak aktip karna mampu
menghasilkan gerakan tubuh. Jaringan otot seperti jaringan yang lain memiliki
sifat peka terhadap rangsangan (sifat iritabilasi), mampu merambatkan implus
(sifat konduktifitas),mampu melaksanakan metabolisme dan treproduksi. Sifat
jaringan otot yang khas adalah kemapuannya untuk berkontraksi (sifar
kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontraktilitas ini disebabkan sel-sel otot
protein kontraktil, yaitu aktip dan miosin yang tidak dimiliki oleh jaringan
yang lain.
Sifat irritabilitas otot ditunjukkan oleh
kemampuan otot untuk mengenl dan merespon rangsangan yang langsung mengenainya,
tanpa tergantung dari jaringan saraf yang biasanya mengaktipkannya, tanpa
tergantung dari jaringan sarafnya mengaktipkannya. Sifat irribilitas ini dapat
melemah, mosalnya otot dalam keadaan lelah, dan dapat meningkat apabila otot
dalam kondisi yang optimum(cukup makanan dan oksigen).
Kemampuan otot bergerak dikarnakan sel otot
mengandung protein kontraktil, yaitu
miosin sebagai penyusun filamen tabel, aktin, tropomiosin dan troponin sebagai
penyusun filamen tipis. Selama kontraksi, filamen-filamen bergerak relatif satu
terhadap yang lain untuk menghasilakan pemendekan fan tegangan, pergeseran
terjadi akibat siklus jembatan silang miosin yang berulang-ulang dengan
mengguanakan energi ATP, yang dipicu oelh tingkat Ca++ sistolik yang dibebaskan
akibat adanya eksitasi pada membran sel otot. Ada 3 macam otot, yaitu otot
polos, otot rangka, dan otot jantung yang struktur fungsi serta sifat
kontraksinya berbeda-beda
b. Refleks
pada tendon manusia
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke
tulang. Contohnya ditubuh kita terdapat otot rangka yang bertanggung jawab
untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan kita untuk berjalan, melompat,
mengangkat, dan bergerak. Ketika otot berkontraksi, maka tendon lah yang
menarik tulang dan menyebabkan terjadinya gerakan.tendon termasuk dalam
kategori jaringan ikat.
Sebuah tendon yang utuh
dibangun dengan membentuk dan menggabungkan beberapa lapisan jaringan ikat susunan tendon, meliputi Kolagen, Endomisium, Perimisium, Epimisium, Fasia dalam. Struktur
tendon susunan yang paling kecil sampai membentuk unit tendon, meliputi Fibril , Serat kolagen, bundel serat primer (subfasicles), kbundel serat sekunder (fascicles, bundel
serat tersier.endotenon, epitenon dan paratenon.
Refleks patela
(tempurung lutut) adalah refleks sistem saraf berupa refleks kontraksi otot di
sekitar patela sehingga kaki akan terlihat seperti menendang . Refleks patela disebut juga dengan Knee
Pess refleks (KPR).
Refleks patela merupakan refleks tendon dalam dan juga merupakan refleks monosynaptic karena hanya
satu sinaps yang menyeberang untuk melengkapi sirkuit yang memicu refleks yaitu ketika area di bawah tempurung
lutut dipukul dengan palu
refleks, otot paha depan di paha
berkontraksi, dan menyebabkan kaki menendang keluar. Respon ini tidak melibatkan otak , hanya sumsum tulang belakang.
A.
Alat
dan Bahan
·
Alat
dan bahan system saraf
1.
|
Gelas kimia
|
Untuk
tempat air
|
2.
|
Statif
|
Untuk menggantung
katak yang telah didekapitasi
|
3.
|
Bak bedah
|
Untuk menyimpan katak
|
4.
|
Sonde
|
Untk membantu
memberikan rangsang mekanik dan kimia
|
5.
|
Gunting bedah
|
Untuk dekapitasi
katak
|
6.
|
Katak
|
Spesimen yang
digunakan untuk uji sistem saraf
|
7.
|
Larutan HNO3 Pekat
|
Larutan yang memberi
rangsangan kimia
|
8.
|
Larutan H2SO4
: 1%, 3%, 5%
|
Larutan yang memberi
rangsangan kimia
|
9.
|
Larutan fisiologis (
NaCl 0,6%)
|
Larutan yang
digunakan menutup luka agar tidak infeksi dan darah berhenti mengalir
|
·
Alat
dan bahan refleks tendon pada manusia
No
|
Nama Alat
|
Fungsi
|
1
|
Gunting Bedah
|
Untuk membedah
|
2
|
Pinset
|
Untuk menjepit
|
3
|
Benang
|
Untuk mengikat otot
pada kimograf
|
4
|
Jarum
pentul
|
Untuk menusuk
|
5
|
Kapas
|
Untuk menyerap air
|
6
|
Cawan petri
|
Untuk menyimpan air
|
7
|
Kymograph
|
Untuk mengukur
gerak otot
|
8
|
Stimulator
|
Untuk menjepit ke bagian otot
|
9
|
Flaw-Jaw Clamp
|
Untuk memberikan rangsangan
|
10
|
Katak
|
Spesimes
yang digunakan
|
11
|
Larutan
fisiologis (ringer’s)
|
Larutan
yang digunakan dalam otot gastrocnemius (otot betis)
|
·
Alat
dan bahan refleks tendon pada manusia
1.
|
Palu
|
Untuk memukul bagian
bawah lutut dalam test refleks tendon
|
F.
Cara
Kerja
a.
Cara
Kerja Sistem Saraf
·
Katak normal
1. Memegang katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan
genggamlah kedua kaki belakangnya, kemudian dekatnkan batang pengaduk / sonde
pada daerah mata. mengamati refleks yang terjadi.
2. Mnyentuh
nares eksterna pada katak tersebut dan mengamati gerakan nares eksterna tersebut.
3. lMengusap bagian tenggorokan sampai bagian perut dan
memperhatiakan gerakan anggota badan anterior.
4. Menggores/
menyentuh bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut
berbunyi.
5. Memegang
kedua kaki depan katak dan membiarkan kaki belakang bebas, kemudian
menggoreskan gelas pengaduk yang telah dicelupkan ke dalam larutan HNO3
pada punggungnya. Mengamati apa yang terjadi.
6. Melakkan
sumasi rangsang kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi.
·
Katak yang di
dekapitasi
1. melakukan
dekapitasi dengan cara memasukan guntung bedah kedalam mulut katak dan angkat kepalanya, kemudian menggunting di
bawah membrane timpani.
2. Menutup
ujung potongan tersebut dengan kapas yang sudah diberi larutan fisiologis.
3. Menggantung
katak pada statif dengan mengkait rahang bawahnya , dan menunggu sampai
kataknya sadar.
4. Memasukan
katak tersebut kedalam akuarium, perhatikan gerakannya.
5. Menelentangkan
katak pada bak bedah, perhatikan apakah katak berusaha untuk membalikan
badannya atau tidak.
6. Meletkan
katak pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut, perhatiakn
gerakannya.
7. Mencuci
bagian kaki katak
8. Mengantung
kembali katak pada bagian bawah rahangnya di statif.
9. Melakukan
sumasi rangsang zat kimia yaitu larutan H2SO4 dengan
konsentrasi 1%, 3% dan 5%. Celupkan ujung jari katak dari larutan yang
konsentrasi terlemah sampai konsentasi yang paling kuat secara berurutan,
ulangi beberapa kali sampai terjadi respon.
Menyentuh jari kaki
belakan, jari kaki depan dan bagian vental/perut katrak dengan benda panas. Memperhatikan
reaksi yang terjadi
1.
a.
Cara
kerja sistem otot
1. Mengisolasi
otot gastrochnemios (otot betis)
a) Potonglah
bagian kepala katak mulai dari sebelah belakang membrane timpani (dekapitasi)
b) Rusaklah susmsum tulang belakang dengan cara
menusuk dengan kawat atau sonde sedalam dalamnya sehingga katak menjadi lemas
c) Untuk
mendapatkan otot gastrochnemios dari sebuah katak, lalukn cara sebagai berikut
.
·
Pisahkan gastrochnemios
tersebut dari otot lainnya dengan cara memasukkan sonde pada daerah pada otot
tersebut dengan otot lainnya
·
Lepaskan pula bagian
tendoaciles pada daerah tumit katak dengan menggunakan gantung
·
Ikatrkan sehelai benang
pada bagian ujung tendon paha, potonglah bagian benang yang lebih sehinnga msih
memungkinkan untuk diikatkan pada otot
·
Pisahkan otot paha dari
saraf seciatiknya. Ikatlah seciatik tersebut dengan sehelai benang dan
potonglah pada bagian atas dari ikatan tadi.
·
Potonglah otot dan
tulang pahanya
·
Selamaa melaakukan
kegiatan di atas tubuh katak terutama otot gastrocmenios selalu di basahi
dengan larutan linger’s dengan demikian puyla pada waktu melaksanakan percoban.
2. Pengaruh
berbagai rangsang terhadap kosentrasi otot
a) Letakkan
katak pada bagian punggungnya pada bak bedas
b) Melkukan
rangsangan elektrik : kawat di hubungkan dengan stimulator di tempatkan pada
otot dan kemudian di berikan pada arus
c) Perhatikan
hasil pemberian rangsang tersebut.
3. Respon
otot terhadap rangsang tunggal dengan instensitas rangsang yang berbeda
a) Memasang
peralatan yang akan di gunakan sedemikian rupa sebelum di mengisolasi
gastrocmenius
b) Memisahkan
sebagian tulang dan otot pemur dari bagian tubuh katak lainnya , tulang pemur
di jepit pada penjempit tulang sedangkan benang yang mengikat tendor achiles
dihubungkan dengan penggikat otot
c) Perangsanagan
otot dilakukkan dengan kawat listrik yang di h7bungkan dengan rangsang induksi
pada stimulator sedangkan signal magnet di hubungkan pada magnet untuk
rangsangan pertama di berikan tegakan arus kecil, sedang dan kuat
d) Percobaan
di hentyikan apabila sudah di dapatkan kontraksi maksimal dari otot tersebut
4. Kontraksi
tunggal otot rangsang
a) Alat
yang di gunakan sama dengan percobaan 3 di tambah dengan garputara yng di
pasang di bwah signal magnet, pencatatan di lakukan dengan putaran tromol cepat
b) Memasang
gastrocmenius yang baru sesuai dengan percobaan 3
c) Perhatikan
kedudukn semua jarum pencatatan pada tromol dan harus berada pada bidang
pertikal yang sama
d) Selanjutnya
memberikan rangsangan elektrik yang cukup kuat pada otot gastrocmenius ,
kemuadian memutar tromol dan getarkan garpultaranya
e) Mengulangi
percobaan tersebut diusahkan grafik yang di hasilkan tidak menggangu grafik
lainnya. Jangan memberikan rangsangan apapun pada otot tersebut sebelum di
gunakkan akan hasil yng di harapkan cukup baik
f) Tentukan
daerah yang termasuk periode laten, periode kontraksi, dan periode relaksasi
a)
1. Kelelahan
(tetanus)
a) Setelah
percobaan 4 diperoleh hasil percobaan yang baik, rangsanglah otot tersebut
berkali kali tanpa mencatat pada kimograf
b) Selanjutnya
apabaila gejala kelelahan terlihat buatlah pencatatan kontraksi otot
c) Bandingkan
grafik yang di dapatkan dengan grafik dari percobaan 4
c.
Cara
kerja refleks pada tendon manusia
a) Praktikan
duduk pada tempat yang sudah disediakan dengan keaadaan kaki bebas atau santai
b) Memukul
ligamentum pantella dibawah tempurung lutut dnegan palu
c) Perhatikan
gerakan kakinya
d) Pada
praktikan berbeda, telapak tangan menghadap keatas sejajar dengan dada
e) Memberikan
tekanan pada bagian telapak tangan
f) Perhatikan
gerakan yang terjadi
A.
Hasil
pengamatan
a.
Hasil
pengamatan sistem saraf
·
Katak normal
Jenis rangsang
(Reseptor)
|
Tanggapan yang
diberikan katak (efektor)
|
Batang
pengaduk didekatkan ke daerah mata
|
Selapu
mata tertutup
|
Menyentuh
bagian nares eksterna katak dengan btang pengaduk
|
Nares
eksterna tertutup
|
Mengusap
bagian tenggorokan sampai perut
|
Anggota
badan anterior bergerak
|
Mengoleskan
larutan larutan HNO3 pada
bagian punggung
|
Katak
Berontak
|
Memberikan
sumasi rangsangan kimia dengan Mencelupkan ujung jari katak :
1. Larutan H2SO4 1%
2. Larutan H2SO4 3%
3. Larutan
H2SO4 5%
|
Kaki
menjadi di lengkungkan
Kaki
bergerak
Bergerak
terus menerus
|
·
Katak yang didekapitasi
Jenis rangsang
(Reseptor)
|
Tanggapan yang
diberikan katak (efektor)
|
Melakukan
dekapitasi dan diberikan kapas dengan larutan biologi
|
Katak
masih bergerak
|
Memasukan
katak yang telah di dekapitasi kedalah gelas kimia berisi air
|
Sudah
tidak bergerak sama sekali
|
Menelentangkan
katak
|
Tidak
berusaha membalikan badan
|
Meletakan
katak pada bidag miring
|
Tidak
bergerak sama sekali
|
Melakukan
|
|
Memberikan
sumasi rangsangan kimia dengan Mencelupkan ujung jari katak :
1. Larutan H2SO4 1%
2. Larutan H2SO4 3%
3. Larutan H2SO4 5%
|
Kaki
Bergerak tidak beraturan
Tidak
bergerak
Tidak
bergerak
|
Menyentuh
jari kaki belakang, jari kaki depan dan bagian ventral/perutnya dengan batang
pengaduk panas
|
Tidak
bergerak
|
b. Hasil
pengamatan sistem otot
Jenis
rangsangan yang diberikan
|
Tanggapan
yang diberikan
|
keterangan
|
Elektrik
|
Bereaksi
dan bergerak secara cepat.
|
Besarnya
intensitas rangsangan
|
Tanggapan
yang diberikan oleh otot
|
Keterangan
|
Minimal
|
Berekasi
dan bergerak +
|
|
Sub
maksimal
|
Berekasi
dan bergerak ++
|
|
Maksimal
|
Berekasi
dan bergerak+++
|
Grapik yang diperoleh
|
Keterangan
|
Grafik
tersebut merupakan hasil dari kymograph yang mengkur kerja otot dengan arus
atau stimulus minimal, sub.maksimal dan maksimal.
|
|
Tunggal
|
|
Ganda
(Sumasi)
|
|
Tetatus
|
|
Otot
yang diberi rangsangan kuat
|
c. Hasil
pengamatan Refleks pada tendon
Nama
|
Respon
|
Keterangan
|
Ibnu Al-Jawami
|
Kaki
bergerak seperti menendang
|
Refleks tendon masih berfungsi
|
Elvia Desmonda
|
Tangan
seperti memantul kebagian atas
|
Refleks tendon masih berfungsi
|
F. Pembahasan
a.
Pembahasan Sistem Saraf
Pada
praktikum ini akan mengetahui refleks
normal dan refleks spinal pada katal sawah (Rana cancrivora). Adapun klasifikasinya adalah
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Subphylum :
Vertebrata
Class :
Amphibia
Ordo :
Anura
Familia : Ranidae
Genus :
Fejervarya
Species :Fejervarya
cancrivora
|
Katak
tersebut akan diberi perlakuan pada saat masih dalam keadaan normal dan setelah
didekapitasi. Dekapitasi merupakan pengurangan kepala bagian atas sehingga
terpisah dari bagian tubuhnya.
Katak sebenarnya memiliki beberapa kemampuan untuk menerima rangsangan
atau Reseptor , yaitu :
·
Mekanoreseptor, yang mengenali
kompresi mekanis atau peregangan pada reseptor atau jaringan yang berdekatan
dengan reseptor
·
Termoreseptor, dipakai untuk
mengenali perubahan-perubahan suhu, beberapa reseptor mengenali suhu dingin dan
lainnya suhu panas
·
Nosiseptor (reseptor nyeri),
dipakai untuk mengenali kerusakan jaringan yang terjadi, apakah kerusakan fisik
atau kerusakan kimiawi
·
Reseptor elektromagnetik, dipakai
untuk mengenali cahaya yang sampai pada retina mata
·
Kemoreseptor, yang dipakai untuk
mengenali rasa/pengecapan dalam mulut, bau-bauan dalam hidung, kadar oksigen
dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida, dan
mungkin juga faktor-faktor lainnya yang menyusun keadaan kimiawi tubuh.
Tetapi
pada praktikum ini hanya diberikan beberapa reseptor saja.
a) Katak
Normal
Perlakuan
pertama adalah menggenggang kedua kaki belakang katak, kemudian diberikan
reseptor berupa batang pengaduk didekatkan pada bagiaan mata. Pada mata kanan
atau mata kiri ketika terkena oleh batang pengaduk bagian selaput mata katak
berkedip dan menutup.
Perlakuan
kedua diberikan reseptor atau rangsangan
berupa menyentuh nares eksterna katak menggunakan batang pengaduk. Nares
eksterna tersebut menutup ketika disentuh.
Perlakuan
ketiga diberikan reseptor atau rangsangan berupa mengusap bagian tenggorokan
sampai bagian perut. Dan anggota badan bagian anteriornya bergerak.
Perlakuan keempat diberikan
reseptor atau rangsangan pada bagian lateral atau dorsal tubuh katak dengan
mengusapnya. Katak tidak berbunyi, tetapi pada bagian tenggorokannya mengembang
dan mengempis
Perlakuan kelima adalah kaki depan
katak dipegang sedangkan kaki belakang dibiarkan bebas. Kemudian diberikan
rangsangan kimia berupa goresan batang pengaduk yang telah dicelupkan ke dalam
larutan HNO3 pada punggungnya. Seluruh badan katak bergerak dan
Katak terus berontak . setelah beberapa saat terlihat goresan berwarna putih
dibagian punggungnya. Hal tersebut yang membuat katak berontak.
Perlakuan keenam diberikan
rangsangan kimia dengan menyelupkan ujung jari kaki katak ke dalam larutan
Larutan H2SO4 1%, 3% dan 5%. Di mulai dari yang konsentrasi
terkecil . pada saat ujung jari katak diberikan larutan H2SO4 1% kakinya
menjadi dilengkungkan. pada saat ujung jari katak diberikan larutan H2SO4
3% kakinya bergerak. Sedangkan pada saat ujung jari
katak diberikan larutan H2SO4 5% kakinya
bergerak terus menerus.
Gerakan refleks pada katak normal yang diberikan 6 rangsangan
yang berbeda berupa rangsangan mekanis dan rangsangan kimia. Rangsangan mekanis
terjadi pada perlakuan pertama, kedua,ketiga dan keempat. Sedangkan rangsangan kimia terjadi pada
perlakuan kelima dan keenam.
Ketika diberikan rangsangan mekanis
atau rangsangan kimia katak normal masih memberikan respon atau efektor yang
benar, menandakan bahwa system koordinasi/saraf , baik saraf pusat yang terdiri
atas otak dan sum-sum tulang belakang dan saraf tepi yang terdiri atas saraf
simpatis dan otonom masih bekerja dengan baik.
Mekanisme gerak refleks yang terjadi pada
katak normal merupakan suatu gerakan yang terjadi secara
tiba-tiba diluar kesadaran. Refleks fleksor (monosinaps), penarikan kembali
tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi
perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer
yang dimuali dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi
anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh
dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar.
Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan
struktur organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit katak normal akan
bereaksi ketika ada zat asing yang menyentuh kulitnya. Serabut saraf sensorik
yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan
selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls-impuls menuju substansi
pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan
antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima impuls
dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik
melaksanakan rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik.
Sama seperti pada hewan lain dan pada manusia ,
katak memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu
alat indera. Bagian tubuh ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki
syaraf-syaraf khusus yang bisa mendeteksi rangsangan tertentu. Misalnya
:rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan, rasa sakit
pada kulit ,bau pada hidung, rasa pada lidah dan suara pada telinga.
Setelah itu syaraf-syaraf yang disebut neuron
reseptor ini akan mengirimkan sinyal listriksusm-sum tulang belakang. Kemudian
susm-sum tulang belakang akan mengirim respon menuju organ yang disebut
efektor. Efektor meliputi otot, kelenjar dan lain-lain sehingga katak normal
memeberikan respon yang berbeda sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan
terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks. Lengkung refleks
adalah unit dasar kegiatan saraf terpadu yang terdiri dari reseptor, neuron
aferen, satu sinaps atau lebih, neuron eferen dan efektor. Lengkung refleks
yang paling sederhana disebut monosinaptik, yang hanya mempunyai sinaps tunggal
antara neuron aferen dan neuron eferen.
Semua lengkung (jalur refleks) terdiri dari
komponen yang sama.
a)
Reseptor adalah ujung distal
dendrit, yang menerima stimulus.
b)
Jalur aferen melintas sepanjang
sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla spinalis.
c)
Bagian pusat adalah sisi sinaps,
yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP. Impuls dapat ditransmisi, diulang
rutenya atau dihambat pada bagian ini.
d)
Jalur eferen melintas disepanjang
akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan merespons impuls eferen
sehingga menghasilkan aksi yang khas.
e)
Efektor dapat berupa otot rangka,
otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang merespon.
Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan
refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung
(asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit
pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang
terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang
seperti refleks pada lutut.
Urutan
perambatan impuls gerak refleks pada
katak yaitu:
a. Katak
yang didekapitasi
Perlakuan
pertama adalah melakukan dekapitasi pada katak. Diamana dilakukan pengurangan
pada bagian kepala sehinnga tidak memeiliki otak. Kemudian diberi larutan
fisiologi NaCl 0,6 mol dan di gantung kembali pada statif sampai sadar. Larutan
ini merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh
katak, tidak iritan, melindungi ranulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan sehingga
pendarahan pada katak bisa berkurang. Katak ini mengalami ketidaksadaran
beberapa menit. Seperti pada gambar dibawah ini :
Perlakuan
kedua , setelah sadar katak dimasukan kedalam gelas kimia . katak masih tidak
bergerak.
Perlakuan
ketiga katak ditelentangkan pada bak bedah , tetapi masih tidak ada respon
masih tidak bergerak sama sekali.
Perlakuan
keempat katak diletakan pada bidang miring mengarah kea rah bawah. Katak masih
tidak bergerak sama sekali.
Perlakuan
kelima katak kembali ngkan pada statif, dan diberikan rangsangan kimia dengan
menyelupkan ujung jari kaki katak ke dalam larutan Larutan H2SO4 1%, 3% dan 5%. Di mulai dari yang konsentrasi
terkecil . pada saat ujung jari katak diberikan larutan H2SO4 1% kakinya
bergerak tidak beraturan. pada saat ujung jari katak diberikan larutan H2SO4
3% dan H2SO4 5% baik kaki maupun bagian tubuh lain sudah
tidak bergerak.
Gerakan
refleks pada katak normal yang diberikan
5 rangsangan yang berbeda berupa rangsangan mekanis dan rangsangan kimia
seperti pada katak normal , hanya bedanya katak ini sudah didekapitasi.
Rangsangan mekanis terjadi pada perlakuan pertama, kedua,ketiga dan
keempat. Sedangkan rangsangan kimia
terjadi pada perlakuan kelima dan keenam.
Ketika
diberikan rangsangan mekanis atau rangsangan kimia katak yang didekapitasi memeberikan respon yang tidak beraturan ,
adakalanya merespon dengan gerakan dan kadanag tidak, menandakan bahwa system
koordinasi/saraf baik saraf pusatnya
Perlakuan
keenam katak diberikan rangsangan suhu dengan
Menyentuh jari kaki belakang, jari kaki depan dan bagian
ventral/perutnya dengan batang pengaduk panas . tetapi katak masih tidak
bergerak.
Setelah
didekapitasi katak ini diberikan beberapa rangsangan berbeda, terdiri dari
rangsangan mekanik, rangsangan kimia, dan rangsangan suhu. Dari ketiga
rangsangan tersebut hanya sebagian kecil respon yang diberikan katak, yaitu
hanya pada saat diberikan respon kimia dengan pencelupan ujung jari pada
larutan H22SO4 dengan konsentasi 1 % itupun gerakan yang
dihasilkan tidak beraturan. Selebihnya katak sudah tidak memberikan respon
apapun . Hal tersebut terjadi karena system koordinasi katak yang didekapitasi
sudah terganggu karena salah satu system saraf pusat yaitu bagian otaknya sudah
hilang sehingga hanya memiliki sum-sum tulang belakang sebagai penerima
reseptor gerak refleks.
Bagian
otak katak yang sudah tidak ada merupakan pusat koordinasi dalam
tubuh, yang terletak didalam tulang tengkorak dan diselubungi oleh jaringan,
berupa jaringan meninges.Selain berperan dalam system gerak sadar, otak juga
bereperan dalam beberapa gerakan refleks otak , sehingga setelah kehilangan
otak beberapa gerakan katak sudah berhenti.
Pada otak
amphibi terdapat bagian-bagian yang penting dalam system koordinasi, seperti di
bawah ini .
a)
Lobus olfaktorius
Lobus
olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius. Lobus ini tidak
terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan merupakan
penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri. Kurang berkembangnya
lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada amphibi, berhubungan
dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak membutuhkan peran dari lobus
olfaktorius sebagai pusat pembau.
b)
Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan
atau gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu
terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik.
c)
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan
otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak
di bagian dorsal otak dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon.
Sedangkan kelenjar hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang berfungsi
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi
Master of Glands
d)
Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila
ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal
tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas
otot relative berkurang.
a)
Sumsum lanjutan (medulla
oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang
datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi
refleks fisiologi seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan dan
penghambat denyut jantung) , tekanan darah (pusat pengaturan penyempitan dan
pelebaran pembuluh darah), volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.Selain itu, sumsum lanjutan juga
mengatur gerak refleks yang lain.
Pada saat dekapitasi juga ada
kemungkinan sum-sum tulang belakang katak nya mengalami kerusakan. Sehingga
untuk gerakan-gerakan refleks pun sudah tidak ada dan tidak memeberikan frespon
apapun. Seperti kita ketahui sum-sum sulang belakang atau medulla spinalis
merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk ke dalam kanalis
vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian
servikalis. Adapun gambar sum-sum tulang belakang pada amfibi adalah :
Medulla
spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan
menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga
merupakan pusat dari refleks. Sehingga ketika sum-sum tulang belakang mengalami
kerusakan tidak ada lagi gerak refleks yang terjadi.dan Pada praktikum ini
katak yang telah didekapitasi akhirnya mati karena system sarafnya sudah tidak
berfungsi.
a. Pembahasan
Sistem otot
Pada praktikum otot ini menggunakan
katak sebagai bahan uji coba. Otot yang
diambil merupakan bagian gastrocnemius atau yang kita kenal sebagai otot betis.
Otot pada bagian ini digunakan karena
merupakan pada otot paling tebal,
selain itu merupakan otot rangka yang bekerja dengan kuat.
Kaki
katak dipotong bagian betisnya untuk mengambil otot. Otot tersebut diikat
menggunakan benang dan dihubungkan dengan alat yang akan digunakan. Otot ini kemudian diberikan rangsangan elektrik dengan menggunakan alat
kymograph. Rangsangan elektrik ini berupa kawat yang dihubungkan dengan
stimulator,ditempatkan pada otot dan kemudian diberi arus atau stimulus.
Stimulus yang yang diberikan terdiri atas Stimulus minimal (arus kecil),
stimulus sub.maksimal (arus sedang sampai kuat) dan stimulus maksimal (arus
sangat kuat). Stimulus minimal adalah rangsang yang terkecil yang dapat
menimbulkan tanggapan. Stimulus sub maksimal adalah rangsang yang intensitasnya
bervariasi dari rangsang ambang sampai rangsang maksimal desangkan stimulus
maksimal adalah rangsangan yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal.
Sebelum
dilakukan pemberian arus atau stimulus, otot gastrocnemius tidak diberikan arus
atau stimulus apapun, otot tidak sama sekali bereaksi sehinga menunjukan garis
lurus pada grafik yang dihasilkan kymograph.
Ketika
saat diberikan rangsangan, keadaan otot betis harus tetap basah dengan
diberikan bahan larutan fisiologis (ringer's) dan jangan sampai kering, supaya
ototnya bekerja serta memberikan rangsangan, sehingga kita dapat mengetahui hasil dari grafik,antara
gerakan tunggal,gerakan ganda dan gerakan tetanus.
Adapun
hasil yang didapat dari grafik adalah :
Setelah
itu arus atau stimulus diberikan dari mulai yang paling kecil atau disebut
dengan stimulus minimal otot mulai bereaksi dan menghasilkan garis tunggal
dengan interval cukup panjang pada grafik
yang dihasilkan kymograph.
Arus
atau stimulus sub. maksimal diberikan untuk kedua kalinya dimana arus ini cukup
kuat sehingga dapat menimbulkan reaksi otot dan menghasilkan garis ganda atau
sumasi pada grafik yang dihasilkan
kymograph.
Yang
ketiga arus atau stimulus yang diberikan adalah stimulus maksimal diamana arus
ini merupakan yang paling kuat sehingga otot bereaksi dengan sangat kuat dan
cepat dan menimbulkan garis tunggal yang rapat.
Akhirnya
otot menghasilkan garis testanus dimana otot mengalami kelelahan. Bila otot pada katak sudah tidak bereaksi meskipun sudah
diberikan rangsangan,hal tersebut menunjukan bahwa otot pada katak sudah
kelelahan dan kehabisan ATP maka dari grafik akan menunjukan
hasil garis lurus.Garis tetatus tersebut adalah :
Garis-garis tersebut dapat
tercatat pada hasil grafik kimograf karena adanya arus atau stimulus yang
berikan sesuai dengan arus yang kita inginkan , tinggal mengatur pada alatnya
saja. Apabila diperjelas, garis-garis tersebut dapat digambarkan seperti dibawah
ini .
GAMBAR
Gerakan pada otot
gastrocnemius
Kontraksi tunggal pada otot rangka dapat dibagi
menjadi 3 periode :
1) Periode laten (periode
tersembunyi) adalah waktu antara saat pemberian rangsang dengan permulaan
terjadinya rangsang, berlangsung selama 0,01 detik. 2) Periode penegangan (kontraksi)
adalah waktu berlangsungnya otot memendek 3) Periode
pengenduran (relaksasi) adalah lamanya waktu otot kembali
pada bentuk dan ukuran semula.
Kelelahan
otot terjadi akibat adanya kontraksi otot yang kuat dan lama, di mana kelelahan
otot hampir berbanding langsung dengan penurunan glikogen otot. Oleh karena itu
sebagian besar kelelahan mungkin akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi
dan metabolik serat-serat otot untuk memberi hasil kerja otot yang sama
a. Repleks
pada tendon manusia
Untuk
mengetahui reflekss pada tendon manusia ini tidak dilakukan praktikum langsung
oleh praktikan, tetapi hanya dilakukan demonstrasi oleh ibu pembimbing hal yang
pertama dilakukan adalah , Ibnu duduk dalam keadaaan santai pada tempat yang
telah disediakan seperti gambar di bawah ini .
Kemudian
bagian ligamentum patellanya di bawah tempurung lutut menggunakan palu. Pada
saat di pukul dibagian lutut kanan kakinya bergerak seperti menendang dengan
halus ke arah depan dan belakang . sedangkan ketika lutut kiri dipukul kakinya
bergerk seperti menendang etapi gerakannya tidak terlalu terlihat seperti pada
kaki kanan.
Gerak
refleks ini merupakan salah satu jenis lung refleks yang paling sederhana yang
disebut monosinaptik, karena hanya terdapat satu sinaps antara neuron sensori
dan neuron motor. Bergeraknya kaki secara tiba-tiba disebabkan karena
pada saat tendon lutut dipukul, dan karena itu teregang, maka reseptor dalam
tendon tersebut dirangsang, suatu impuls menjalar melewati lung refleks ke
sumsum tulang belakang lalu kembali lagi; maka otot yang terpaut pada tendon
tersebut berkontraksi yang mengakibatkan menjulurnya kaki secara tiba-tiba.
Refleks
pada lutut, merupakan respon sederhana. Satu ketukan pada lutut akan
menyebabkan tarikan pada tendon yang berkaitan dengan otot paha (otot
kuadrisep). Akibatnya, kaki bagian bawah ikut tertarik. Reseptor regangan yang
merupakan reseptor sensorik menerima tarikan itu. Kemudian, reseptor sensorik mengirimkan
informasi ke sinapsis dengan neuron motorik pada sumsum tulang belakang.
Selanjutnya neuron motorik mengirimkan impuls/sinyal menuju otot kuadrisep
untuk berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan bagian bawah tersentak kearah
depan.
Selain
itu pada orang yang berbeda dilakukan untuk pengetesan refleks tenton selain
pada kaki, yaitu pada tangan. Hal ini dilakukan oeh dua orang, yaitu oleh ibu
pembimbing dan Elvia Desmonda . hal pertama yang dilakukan Elvia adalah
menengadahkan tangan sejajar dengan dada lalu diberikan tekanan oleh tangan
pembimbing . gerakan yang dihasilkan oleh tangan yang diber tekanan tersebut
adalah seperti memantul ke bagian atas dan bawah.
Gerakan refleks
tendon tersebut bias terjadi karena dengan mekanisme seperti
F.
Kesimpulan
·
Sistem saraf
Refleks pada katak normal masih berjalan dengan baik, dimana katak masih memberikan respon ketika
diberikan reseptor mekanik ataupun reseptor kimia karena otak dan sum-sum
tulang belakangnya masih normal. Sedangkan refleks spinal pada katak yang telah
didekapitasi tidak berjalan dengan baik. Dari beberapa reseptor mekanik ,
reseptor kimia, dan reseptor suhu, hanya pada pemberian reseptor kimia saja
yang bereaksi itupun hanya gerakan tak beraturan karena otaknya sudah hilang
dan sum-sum tulang belakangnya sudah mengalami kerusakan dan kataknya mati.
·
Sistem otot
Respon
otot terhadap berbagai macam rangsangan yang diberikan berbeda tergantung arus
atau stimulus yang diberikan. semakin kuat stimulus atau arus yang diberikan
maka semakin besar pula kontaksi ototnya. Semakin kecil arus atau stimulus yang
diberikan maka semakin lemah kontaksi ototnya.
Kecepatan
kontaksi otot rangka sangat cepat terlihat dari grafik yang dihasilkan dari
kimograf terdapat garis tunggal yang sangat rapat dan akhirnya mengalami
tetanus ditunjukan dengan garis lurus.
Setelah
diberikan arus atau stimulus otot akan mengalami kelelahan karena ATP dalam
otot sudah habis. Kelelahan otot terjadi
akibat adanya kontraksi otot yang kuat dan lama, di mana kelelahan otot hampir
berbanding langsung dengan penurunan glikogen otot. Oleh karena itu sebagian
besar kelelahan mungkin akibat dari ketidakmampuan proses kontraksi dan
metabolik serat-serat otot untuk memberi hasil kerja otot yang sama
·
Refleks pada tendon
manusia
Refleks
tendon pada praktikan masih berjalan dengan baik terlihar dari gerakan yang
ditimbulkan
·
Pertanyaan system saraf
a.
Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih
sanggung merespon setiap rangsangan yang diberikan ? jelaskan jawaban anda !
Jawab :
Katak yang telah didekapitasi masih sanggup merespon beberapa rangsangan atau
reseptor yang diberikan tetapi hanya sedikit. refleks pada katak yang telah
didekapitasi tidak berjalan dengan baik. Dari beberapa reseptor mekanik ,
reseptor kimia, dan reseptor suhu, hanya pada pemberian reseptor kimia saja
yang bereaksi itupun hanya gerakan tak beraturan karena otaknya sudah hilang
dan sum-sum tulang belakangnya sudah mengalami kerusakan.
b. Apakah yang dimaksud dengan refleks ? jelaskan bagaimana mekanismenya !
Jawab : Gerak
refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih
cepat dari gerak sadar. Gerak refleks yang
terjadi pada katak normal merupakan suatu gerakan yang
terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran atau tanpa kerja otak. Kecualu
refleks otak. Refleks fleksor (monosinaps), penarikan kembali tangan secara
refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan.
Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang dimuali
dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi anggota
badan.
Mekanisme gerak refleks adalah :
·
Pertanyaan system Otot
1. Sebutkan
perbedaan respon otot terhadap tiga macam rangsangan yang dipakai!
Jawaban :
Kelompok kami hanya
menggunkan rangsangan elektrik saja. Respon elektrik yaitu respon dengan
bantuan aliran listrik.
2. Rangsang
manakah yang terbaik untuk dipakai di laboratorium dan mengapa?
Jawaban :
Rangsang mekanik, karena
rangsang tersebut bersifat aman dan ramah terhadap lingkungan bagi
laboratorium.
3. Apa yang
dimaksud dengan tendon dan apa fungsinya ?
Jawaban :
Tendon adalah jaringan ikat
yang menghubungkan tulang dengan otot. Tendon sering juga disebut sebagai urat
otot.
Tendon berfungsi untuk
menyeimbangkan tulang dan otot sehingga memudahkan terjadinya gerakan. Tendon
yang menempel pada tulang dan dapat bergerak disebut insersio (insertian =
sisipan), sedangkan tendon yang menempel pada tulang dan tidak dapat bergerak
disebut origo (origin = asal). Struktur tendon pada ujung otot terlihat
mengecil, liat dan keras.
4. Apakah
perbedaan stimulus minimal, stimulus sub maksimal dan stimulus maksimal?
Jawaban:
-
Stimulus minimal adalah
rangsang yang terkecil yang dapat menimbulkan tanggapan.
-
Stimulus sub maksimal adalah
rangsang yang intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai rangsang
maksimal.
-
Stimulus maksimal adalah
rangsangan yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal.
5. Hitunglah
berapa waktu laten dan waktu kontraksi serta waktu relaksasi otot
gastrocnemius?
Jawaban :
-
Waktu laten yaitu berada pada
kisaran waktu 5 menit
-
Waktu kontraksi berada pada
kisaran waktu 5 menit
-
Waktu relaksasi berada pada
kisaran waktu 5 menit.
6. Bagaimana
beda waktu laten,kontraksi dan relaksi otot pada percobaan 1 dan 2?
Jawaban :
Waktunya jelas berbeda
tergantung pada jenis perlakuannya dan kisaran waktu tersebut jelas
berbeda-beda tergantung pada jenis perlakuan percobaannya.
Daftar pustaka
http://lenimaryati.blogspot.co.id/2011/06/sistem-saraf-amphibia.html
https://famelia28.wordpress.com/2015/12/23/gerak-http://cocosnucifera1.blogspot.co.id/2017/01/sistem-saraf-dan-otot-katak-upi.html
http://www.softilmu.com/2015/10/Pengertian-Struktur-Fungsi-Macam-Macam-Jenis-Tendon-Adalah.html
https://wicaktini.wordpress.com/2013/11/25/refleks-pada-tendon-manusia/
Daftar pustaka
http://yayanajuz.blogspot.co.id/2012/05/kontraksi-otot.html
http://lenimaryati.blogspot.co.id/2011/06/sistem-otot-amphibia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar